Mengapa Handwriting Readiness Itu Penting Sebelum Anak Belajar Menulis?

December 06, 2018
6 mins

Ada satu hal yang sangat menarik terjadi di Amerika Serikat pada akhir tahun 2014, yakni Obama menandatangani investasi sejumlah 1 miliar dolar untuk mengembangkan pendidikan anak usia dini. Bisa dikatakan, investasi ini adalah salah satu investasi terbaik yang pernah ada, sebab, investasi ini membangun manusia-manusia masa depan yang bertanggung jawab untuk memajumundurkan peradaban sebuah bangsa.

Ada cukup banyak item dalam program pengembangan pendidikan anak usia dini ini, namun secara umum terbagi menjadi dua, yakni, perawatan dini dan pendidikan yang memicu perkembangan sosial dan kognitifnya. Khusus untuk poin kedua, dari sekian hal ada satu yang sangat menarik perhatian saya, yaitu program yang mempersiapkan anak prasekolah untuk memiliki kemampuan menulis (handwriting readiness). Mengapa bukan program belajar menulis? Ternyata karena handwriting readiness adalah pondasi dasar mental dan kemampuan menulis.  Program handwriting readiness yang digagas pemerintah AS ini berbasis berbagai penelitian yang dilakukan dalam waktu panjang dari para ahli pendidikan mumpuni Amerika Serikat. Saya akan mengulas satu item ini berdasarkan (antara lain) hasil penelitian yang dilakukan Laura Dinehart, PhD, seorang associate professor pendidikan anak usia dini dari Universitas  Florida, yang dilakukan terhadap lebih 3000 anak selama 3 tahun, di AS.

Apa Itu Handwriting Readiness?

Singkatnya, handwriting readiness adalah kesiapan menulis. Jika sebelum belajar membaca anak-anak harus dipersiapkan untuk memiliki kemampuan itu dengan banyak membangun pemahaman mereka terhadap bahasa, maka sebelum belajar menulis, anak-anak juga harus diberi persiapan (prakondisi). Kesiapan menulis terbukti berpengaruh besar terhadap kondisi psikis dan pencapaian akademik anak-anak. Yang menarik, anak-anak yang diberi persiapan handwriting readiness ini ternyata memiliki kemampuan matematika dan membaca yang lebih baik pada usia sekolah. Hasil ini menunjukkan bahwa semua kemampuan manusia itu bersilangkait satu sama lain. Buruknya satu kemampuan, mengakibatnya penurunan kualitas kemampuannya yang lain, begitu juga sebaliknya. Meningkatnya satu kemampuan, berefek pada melesatnya kemampuan anak-anak secara keseluruhan.

Bagaimana Membangun Handwriting Readiness?

Kemampuan menulis dengan tangan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan sebuah tulisan dengan kecepatan tertentu dan memiliki tingkat keterbacaan yang baik (bukan tulisan cakar ayam). Kemampuan ini dihasilkan oleh tiga hal: kemampuan motorik visual, kemampuan motorik menulis (tangan, jari jemari), dan kecakapan mengenal tulisan tangan (graphomotor). Anak-anak yang bermasalah dalam satu dari tiga hal ini akan mengalami hambatan menulis. Mereka cenderung memiliki masalah dalam pelajaran yang membutuhkan keterampilan menulis. Saya pernah menemukan seorang anak yang bahkan butuh waktu satu jam untuk mulai menulis kalimat pertama. Orang tuanya bercerita kalau guru sang anak bilang anaknya ini lamban (berpikir). Tapi, sebenarnya anak ini tidak lamban, dia hanya memiliki sedikit masalah dalam mengkoordinasikan tiga hal di atas. Dengan penanganan yang baik, dia pasti bisa mengejar ketertinggalannya.

Orang tua harus membangun kesiapan menulis pada saat anak masih usia prasekolah. Upaya itu adalah membangun kemampuan motorik halus. Kemampuan ini dibangun dengan mengajak anak melakukan kegiatan yang membutuhkan keterampilan tangan, misal: menggambar, menggunting, merobek, memungut benda-benda, bermain pasir, bermain congklak, bermain karet, main masak-masakan, menjahit, menganyam, menenun, membalikkan halaman buku, mengikat tali sepatu, melakukan kegiatan yang melibatkan kertas dan pena (seperti meniru huruf, bentuk, dll) yang dilakukan secara terus menerus, setiap hari. Dalam hal ini tak ada perbedaan antara anak lelaki dan perempuan. Saya sering melihat kecenderungan sebagian orang tua yang menganggap anak lelaki lebih penting dan lebih baik melakukan aktivitas fisik yang melibatkan motorik kasar (berlari, memanjat, dll). Menurut mereka, aktivitas ini lebih ‘laki’ (padahal, laki atau tidak, berhubungan dengan konsep diri). Aktivitas yang membutuhkan ketekunan tinggi semisal menjahit, menganyam atau menenun cenderung kurang disukai. Padahal, semua aktivitas ini adalah bagian dari handwriting readiness.

Apa Hubungan Meningkatnya Kemampuan Motorik Halus dengan Bagusnya Pencapaian Akademik Anak?

  1. Kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kemampuan motorik halus akan merangsang area otak yang disebut prefrontal cortex, ini adalah area yang bertanggung jawab untuk menghasilkan kemampuan manusia mengatur dirinya sendiri dan merencanakan sesuatu
  2. Kegiatan ini akan membuat anak memiliki kemampuan memperhatikan sesuatu, kendali impuls (mengendalikan dorongan untuk melakukan sesuatu), dan memori kerja (yakni kemampuan anak mengingat sebuah informasi saat mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan informasi tersebut, misal: saat anak mengikuti instruksi membuat craft kapal kertas, dia bisa mengingat info yang baru saja disampaikan, lalu menerapkannya.)

Saat anak memasuki masa belajar akademik (entah di sekolah atau belajar mandiri/homeschooling), efek bagus motorik halus anak akan terlihat dari kemampuannya menaruh perhatian pada suatu objek/pelajaran, kemampuannya untuk membuat rencana dan upaya mewujudkannya langkah demi langkah dan kemampuannya untuk mengendalikan diri/emosi saat hasil kerja/tugas tidak sesuai harapan. Mungkin kita bisa menyebut ini sebagai butterfly effect (meniru teori sains yang terkenal itu). Hal-hal kecil yang kita ajar pada anak sewaktu kecilnya, ternyata memiliki pengaruh sangat besar ketika besarnya.

Kesimpulan

Manusia adalah sebuah sistem. Kemampuannya merupakan hasil dari sebuah sistem kerja yang melibatkan ragam fungsi otaknya. Jadi, berikanlah anak-anak kita sebanyak-banyaknya pengalaman untuk merangsang seluruh area otaknya.Persiapkanlah mereka sedini mungkin. Investasikan apa yang kita bisa dan punya pada masa ini, sebab, sebagaimana kata pepatah, mendidik manusia pada usia dini ibarat melukis di atas batu, bertahan selamanya.

Maya Lestari Gf adalah seorang novelis dan praktisi homeschooling